Tanda Cinta Allah Kepada Hamba-Nya

Oleh: Haji Moh. Ridwan 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Banyak orang mengaku dicintai dan mencintai Allah, tanpa menyadari kalau sesungguhnya Allah tidak suka, bahkan murka padanya; yaitu orang yang sering bermalas-malasan dan lalai melaksanakan kewajibannya kepada Allah. Hakikat sederhana untuk meraih cinta Allah adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ibarat seseorang yang mencintai lawan jenis, ia harus menunjukkan cintanya dengan bergegas dan terbukti nyata yang masuk akal.

Kekeliruan dalam memaknai cinta dan mencintai Allah adalah seperti kaum kafir sesat yang menempuh jalan salah. Untuk meluruskannya tidaklah sulit.

Allah SWT telah menginformasikan kekeliruan dalam Al-Quran: Katakanlah “Apakah Kami beri tahu kalian tentang perbuatan orang-orang yang paling merugi; usaha mereka sia-sia dalam kehidupan dunia , dan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya? Mereka itulah orang-orang yang telah mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (mengingkari) perjumpaan dengan Nya. Maka sia-sialah amal mereka , dan kami tiadakan mereka pada hari Kiamat." (QS Al Kahfi : 103-105)

Cinta hamba kepada Tuhannya dan cinta Allah terhadap hamba-Nya mensyaratkan ketundukan (tawajuh) hati manusia dan seluruh perangkat fisiknya pada segala sesuatu yang diridhai Tuhannya. Allah SWT berfirman.

"Diantara manusia ada yang menjadikan tandingan-tandingan dari selain Allah. Mereka mencintai tandingan-tandingan itu seperti mencintai Allah. Adapun orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah  dan teramat kuat." (Qs. AL Baqarah : 165)

"Firman Allah SWT: “ Katakanlah (Muhammad) “ Jika kalian benar-benar mencintai Allah , ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." (Qs. Ali Imran : 31)

Wahai orang-orang beriman barang siapa diantara kalian murtad (keluar) dari agamanya maka akan Allah datangkan kaum yang dia cintai dan mencintai dia. Mereka bersikap lembut terhadap orang-oang mukmin dan tegas terhadap kaum kafir. Mereka berjuang di jalan Allah dan tidak takut pada celaan pencela. Itulah karunia Allah , diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya lagi Maha Mengetahui.”  (Qs Al-Maidah : 54)

Allah mencintai mereka dengan memberi pahala dan pertolongan (taufik). Mereka mencintai Allah dengan beriman dan taat. Tanda cinta Ilahi ialah sikap tawadhu’ (rendah hati) di antara kaum mukmin, berjuang di jalan Allah dan berani dalam (menegakkan) kebenaran.

Menjelaskan dengan elemen-elemen cinta hamba terhadap Tuhannya, dan cinta Allah terhadap hamba-Nya, Bukhari meriwayatkan dari Abu Huraiarah r.a, ia menuturkan bahwa Rasulullah S.a.w bersabda,: “Allah S.W.T berfirman,” Siapa memusuhi wali-Ku, Aku nyatakan perang kepadanya. Suatu upaya hamba-Ku untuk mendekat kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, Aku pasti mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar; Aku menjadi matanya yang dengan itu ia melihat; Aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar; Aku menjadi tangannya yang dengan itu ia menggenggam; dan Aku menjadi kakinya yang dengan itu ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Ku eri dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku, pasti kulindungi."

“Aku jadi telinga, mata dan seterusnya.” Bermakna bahwa Allah akan menjaga seluruh indra dan organ tubuhnya dari pengfungsian diluar kerangka ketaatan. Ini merupakan kiasan akan pertolongan Allah terhadap hamba yang mencintai-Nya.

Di antara buah cinta Allah S.W.T terhadap hambaNya mewujud melalui cinta Jibril serta penghuni langit dan penduduk bumi kepadanya. Dan murka Allah terhadap hamba-Nya mewujud melalui pernyataan benci para penduduk langit dan bumi kepadanya.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi S.a.w, beliau bersabda, “ Apabila Allah S.W.T mencintai Fulan: cintailah ia! Maka penghuni langit pun mencintainya. Kemudian didesain penerimaan (cinta) untuknya di bumi.’

Dalam riwayat Muslim disebutkan (melengkapi makna sebaliknya) “…Apabila Allah membenci seorang hamba, diserukan kepada Jibril bahwa Allah membenci Fulan; ”Bencilah dia’, maka Jibril membencinya dan menyerukan kepada penghuni langit bahwa Allah membenci Fulan, ”bencilah dia.” Kemudian didesain kebencian kepadanya di bumi.

Orang yang dicintai, adalah orang-orang yang konsisten pada kebaikan, yaitu menaati Allah secara utuh. Dan yang dibenci adalah orang yang fasik, yaitu orang yang bergelimang maksiat. Maka orang yang dicintai Allah, Jibril, para malaikat, dan manusia, bahagia di dunia dan akhirat. Dan orang yang dibenci akan sengsara.

Termasuk tanda cinta Allah terhadap hamba-Nya disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah S.a.w mengirim sessorang untuk memimpin pasukan ke medan perang. Orang itu selalu membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan membaca “Qul Huwallahu Ahad...” sebagai penutup. Setelah kembali, hal itu disampaikan kepada Rasulullah S.a.w, ”tanyakan kepadanya,” kata beliau, mengapa dia melakukan itu? Setelah ditanyakan maka orang itu menjawab, “karena merupakan sifat Allah Yang Maha Penyayang, aku senang sekali membacanya.” Rasulullah Saw bersabda,” Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”...