MELIHAT ALLAH SUBHANA WATA ALA

Oleh: Haji Moh. Ridwan 


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ



Para pembaca yang di muliakan Allah,

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita diatas agama yang lurus, agama yang Haq dan yang di ridhoi-Nya. “Inad-diina indal laahil islam”

Segenap puji dan syukur diperuntukkan hanya bagi Allah ‘Azza wa alla, karena dengan taufiq dan ‘inayah-Nya jualah yang telah menggerakkan hati kami untuk menyampaikan sepenggal ayat maupun hadits, dengan harapan agar kita sekalian dapat lebih memahami kandungan isi dari al-Hadits yang merupakan Sunnah dari Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam dan yang merupakan sumber hukum atau pedoman kedua sesudah petunjuk Al-Qur’an, bagi pembentukan dan pembinaan insan serta masyarakat muslim dalam segala bidang kehidupan.

Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam telah bersabda dalam khutbah beliau yang terakhir,
“Aku tinggalkan bagimu dua macam pegangan, yang jika kamu berpegang teguh dengan keduanya, maka kamu tidak akan sesat selamanya. Yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah” kepada kita sekalian sebagai ummatnya. Karena itu tidaklah dapat disangkal bagaimana pentingnya mengetahui dan memahami hadits di samping Al-Qur’an.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam, seorang manusia paripurna utusan Allah, yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, juga kepada keluarga (ahlul bait)nya serta seluruh umat yang setia mengikuti risalah yang dibawa oleh beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam sampai akhir jaman.

Perihal Melihat Allah
  • Allah ‘Azza wa Jalla, adalah Dzat Yang Maha Ghaib, Dialah Pencipta para makhluq ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala manusia, kecuali dengan seizin-Nya, namun kita mengenal mereka sebagai Malaikat, Syaitan, dan Jin.
  • DIA juga yang menciptakan Alam-alam ghaib yang hingga saat ini juga tidak dapat kita lihat dengan mata kepala kita (invisible), kecuali dengan izin-Nya kepada manusia-manusia yang Khusus seperti para Nabi, suatu alam yang tidak diketahui bagaimana bentuknya, dimana letaknya dan siapa sajakah penghuninya? Itulah alam-alam ghaib yang mungkin pernah kita dengar namanya yaitu; alam-alam--Qubur, Barzah, Malakut, Zabarut, Sidhratal Muntaha, ‘Arsy, Surga maupun Neraka dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi, kita pernah membaca firman Allah Ta’ala di dalam ayat al-Qur’an tentang kejadian manusia dan jin yaitu

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
wamaa khalaqtu aljinna waal-insa illaa liya'buduuni
“Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan untuk mengabdi kepada-Ku.”
[QS Adz-Dzariyaat [51]:56)
  • Dalam hal ini, meskipun sama-sama di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya, namun anehnya kita manusia tidak mampu melihat wujud jin atau syaitan apalagi, konon pula melihat malaikat dalam wujud yang sebenarnya,
  • sebaliknya jin-setan dan malaikat, semuanya dapat melihat wujud asli kita sebagai manusia.
Termasuk ke-khususan jin, mereka mampu melihat manusia, namun sebaliknya manusia tidak mampu melihat mereka dalam wujud aslinya.

Allah SWT berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS Al-A'rof [7]:27)

Bekata Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena ketertutupan-nya dari pandangan manusia."
  • Tidak seorangpun mampu melihat jin, kecuali apabila mereka telah mengubah diri mereka (menjelma) dalam beberapa bentuk dan tentunya dengan se-izin Allah SWT.
Kita percaya, bahwa setiap anak manusia pasti di temani oleh dua malaikat (Raqib & Atid) yang bertugas pencatat amal baik dan pencatat amal buruk setiap manusia, yang semuanya akan terhimpun dalam suatu kitab amalan masing-masing manusia yang akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla di yaumil akhir kelak.
  • Begitu juga halnya dengan para jin. Mereka juga di temani oleh malaikat pencatat amal baik-buruknya, dan akan mempertanggung-jawabkannya di hadapan Allah.
Sebagai manusia, kita pasti tidak mampu melihat kedua malaikat yang selalu menemani kita siang dan malam tersebut, sebaliknya, kedua malaikat itu dapat melihat wujud kita yang sebenarnya bahkan melihat apa yang sedang kita lakukan sehari-hari yang kemudian akan mereka catat dalam buku logbook kita masin-masing. Sama halnya seperti ketidakmampuan manusia untuk melihat malaikat, kita manusia juga tidak mampu melihat wujud jin yang ghaib,kecuali dengan izin Allah.
  • Sebaliknya, dapatkan para jin (yang mampu melihat wujud manusia) itu melihat wujud asli malaikat yang menemani dan mencatat perbuatan masing-masing mereka sepanjang siang dan malam tersebut? Jawabannya adalah Tidak! Jin tidak punya kemampuan untuk melihat malaikatnya masing-masing, yang ternyata adalah makhluq ghaib juga bagi mereka.
  • Begitu jugalah halnya dengan para malaikat yang ghaib, yang mampu melihat para jin (yg juga ghaib). Mereka juga terhijab dengan sesuatu yang lebih tinggi kedudukannya dari pada mereka sendiri misalnya: malaikat yang menghuni langit yang pertama, tidak bisa melihat sosok malaikat penghuni langit kedua, kecuali dengan izin Allah. Malaikat penghuni langit kedua tidak bisa melihat sosok malaikat penghuni langit ketiga.
  • Begitulah seterusnya hingga malaikat penghuni langit keenam tidak mampu melihat sosok malaikat penghuni langit ke tujuh. Kalau kita tanyakan Dapatkah para malaikat melihat Allah? Jawabannya adalah Tidak ! Kecuali dengan se-izin-Nya!
Dan kalau untuk melihat wujud asli dari para makhluq ghaib ciptaan Allah SWT tersebut diatas saja kita selaku manusia sudah tidak mampu, maka bagaimana mungkin kita dapat melihat DIA Sang Maha Quddus, Tuhan yang menciptakan mereka semua? 
Wallahu A’lam Bis Showab.

Dari Masruq r.a, katanya: “Pada suatu waktu ketika aku sedang duduk dekat ‘Aisyah r.a., dia berkata kepadaku, “Hai Abu Aisyah (nama gelar Abu Masruq, -pen), Ada tiga ‘perkara’barangsiapa yang mengatakan satu di antaranya, maka berarti orang itu mengatakan suatu kebohongan besar terhadap Allah,” Aku bertanya, “Apakah itu?” Jawabnya, “
  • (1) "Siapa yang mengatakan bahwa Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam pernah melihat Tuhan-Nya, maka dia itu sesungguhnya telah mengatakan kebohongan besar terhadap Allah".
Kata Masruq, “Ketika itu aku sedang bersandar, lalu aku duduk seraya berkata: “Ya, Ummul Mukminin! Tunggu sebentar, dan jangan tergesa-gesa. Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, “Sesungguhnya dia telah melihatnya di tepi langit yang terang.” (QS Takwir:23),

dan “Sesungguhnya dia telah melihatnya diwaktu yang lain.” (QS An-Najm:13). 
  • Jawab ‘Aisyah, ”Akulah orang yang pertama-tama dari umat ini yang menanyakan masalah itu kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam.”
  • Beliau bersabda: “Sesungguhnya yang terlihat itu adalah Jibril. Aku belum pernah melihatnya dalam bentuknya yang asli selain dua kali itu. Ketika ia turun dari langit, sebagian tubuhnya tertutup antara langit dan bumi.”
Kata ‘Aisyah selanjutnya, “Belum Anda dengarkah firman Allah yang mengatakan: 

لاَّ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
laa tudrikuhu al-abshaaru wahuwa yudriku al-abshaara wahuwa allathiifu alkhabiiru
“Penglihatan tidak sampai kepada-Nya, tetapi Dia mengetahui segala penglihatan. Dia itu lemah lembut dan Maha Tahu.” (QS Al-An’am [6]:103)

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْياً أَوْ مِن وَرَاء حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
wamaa kaana libasyarin an yukallimahu allaahu illaa wahyan aw min waraa-i hijaabin aw yursila rasuulan fayuuhiya bi-idznihi maa yasyaau innahu 'aliyyun hakiimun

“Dan tiada seorang pun akan dapat berkata-kata dengan Allah, melainkan dengan wahyu, atau di balik tabir (hijab), atau dikirim-Nya utusan, lalu dengan idzin-Nya diwahyukan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. (QS as-Syura [42]:51).

Kata ‘Aisyah melanjutkan:
  • (2) Orang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam menyembunyikan sesuatu ayat dari Kitab Allah (tidak disampaikannya). Maka orang itu sesungguhnya telah berbuat kebohongan besar terhadap Allah.
Firman Allah SWT;
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ
مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

yaa ayyuhaa alrrasuulu balligh maa unzila ilayka min rabbika wa-in lam taf'al famaaballaghta risaalatahu 
“Hai, Rasul!” Sampaikanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu! Apabila itu tidak engkau lakukan , berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya”. (QS al-Maidah [5]:67).
  • (3) Orang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam tahu apa yang akan terjadi besok. Orang itu sungguh-sungguh telah berbuat kebohongan besar terhadap Allah.
Firman Allah,
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
qul laa ya'lamu man fii alssamaawaati waal-ardhi alghayba illaa allaahu
“Katakan: Tidak seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui apa yang tersembunyi, melainkan Allah.” (QS An-Naml [27]:65). Dari Abu Dzar r.a., katanya: ”Aku bertanya kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam, “Adakah Anda melihat Allah?” Jawab beliau, “Dia Maha Cahaya, bagaimana aku bisa melihat-Nya?”
Dari Abu Musa r.a., katanya: ”Pada suatu ketika Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam mengajarkan kepada kami empat perkara:
  • (1) Allah ‘azza wa Jalla tidak pernah tidur, dan mustahil Dia tidur.
  • (2) Allah yang menentukan tinggi atau rendahnya nilai amal seseorang;
  • (3) Allah menerima amal yang diperbuat seseorang di waktu malam pada siang hari, dan menerima amal siang hari di waktu malam;
  • (4) Tirai-Nya ialah cahaya.
(Di dalam riwayat Abu Bakar perawi lain--disebutkan api) Jikalau tirai itu dibuka, maka terbakarlah segala yang ada, dimana penglihatan Allah sampai kepada-Nya.”

Demikianlah sekilas tentang topik “Melihat Allah” yang dapat kami sampaikan, dan kami mohon maaf bila terdapat kekeliruan, karena sebagai manusia biasa, tentulah kami tak luput dari kesalahan, dan hanya kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang kami mohonkan ampunan-Nya.

Terima kasih atas perhatian anda sekalian.

Allhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.

Para pembaca yang di muliakan Allah,

Syafa’at Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam sangatlah penting bagi kita yang belum mengetahui masalah yang ghaib, termasuk apakah kita kelak akan beruntung menjadi ahli surga atau sebaliknya akan tergolong menjadi orang yang merugi karena besarnya dosa-dosa dan belum sempat bertaubatan nashuha, sehingga kelak akan terlempar mengisi jurang-jurang neraka yang azabnya tak terperikan rasanya?
  • Maka, Barangsiapa yang inginkan pembelaan dari Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam, maka perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau, agar kelak di yaumil akhir, kita akan memperoleh syafaat dari beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam.

إِنّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي ماً َ
“ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.”
QS. Al-Ahzab [33]:5)