BERMUJAHADAH

Oleh: Haji Moh. Ridwan 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

BERMUJAHADAH

Makna Mujahadah


Mujahadah dari akar kata jahada berarti berjuang dan bersungguh-sungguh. Seakar kata dengan kata Jihad berati berjuang secara fisik, ijtihad berjuang secara nalar, dan mujahadah berati berjuang dengan olah batin. Sedangkan riyadhah berasal dari kata radhyiya berarti senang, rela. Seakar kata dengan kata ridhwan berarti kepuasan dan kesenangan. Mujahadah dan riyadhah adalah dua hal yang selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam diri seorang sufi atau salik.

Mujahadah adalah perjuangan/kesungguhan dalam berbuat sesuatu, dalam istilah tasawuf mujahadah adalah perjuangan dan kesungguhan menuju ridho Allah swt dg memperbanyak ibadah dan terus berjuang menghindari dosa.

Makna mujahadah itu sendiri adalah upaya mencurahkan segenap kesungguhan untuk melawan kebohongan atau membunuh kebatilan, kebatilan yang eksis, hawa nafsu, dan Setan.

Mujahadah dan riyadhah bisa mengambil bentuk berupa penghindaran diri dari dosa-dosa kecil (muru’ah), melakukan amalia-amaliah rutin seperti puasa Senin-Kamis dan puasa-puasa sunnat lainnya, tidak meninggalkan shalat-shalat sunnat rawatib (qabliyah dan ba’diyah) dan shalat-shalat sunnat lainnya, mengamalkan zikir dan wirid secara rutin, dan memperbanyak amal-amal sosial dengan penuh keikhlasan, serta meninggalkan nafsu amarah dan cinta dunia berlebihan.

Makna mujahadah: menentang hawa nafsu daripada mengikut syahawatnya; yang sukakan kerehatan, ketenangan, kemalasan, tidur, makanan dan minuman yang enak, dan keterikatan dengan dunia dan perhiasannya.

Mujahadah dilakukan dengan memutuskan nafsu daripada adat-adat kebiasaan, dan memberikannya keperluan-keperluan yang penting, serta memimpinnya kepada suruhan dan ketaatan kepada Allah.Tanpa memberi peluang kepada nafsu untuk menariknya ke belakang. Firman Allah yang bermaksud: “Dan mereka yang berjihad di (jalan) Kami pasti akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berlaku ihsan”, dan firman Allah yang bermaksud: “Adapun orang yang takutkan keadaan semasa ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan dirinya dari menurut hawa nafsu, - Maka sesungguhnya Syurgalah tempat kediamannya." (Surah An-Naaziat : 40,41).
 
Kerja keras secara maksimal merupakan tahapan yang harus diupayakan untuk mencapai keberhasilan. Karena sesuatu yang mustahil kesuksesan didapat tanpa melalui perjuangan dengan sungguh-sungguh dan itulah kemudian disebugt mujahadah (optimalisasi). Secara terminologi makna mujahadah yakni apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amalan-amalan sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Kemudian dalam kaitan ini, ia harus tegas, dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat pada dirinya.

Secara tersurat dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS.29:69). Bentuk mujahadah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW diperlihatkan ketika menghadapi akhir ramadhan seperti sabdanya: "Apabila Rasulullah memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam (dengan ibadah), membangunkan keluarganya bersungguh-sungguh dan mengencangkan ikat pinggang." (HR.Bukhari Muslim).

Pengertian Mujahadah

Ta’rif (definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya(1), hal 221 :

أَمَّاالْمُجَاهَدَةُ فَهيَ فِي اللُّغَةِ الْمُحَارَبَةُ وَفِي الشَّرْعِ مُحَارَبَةُ  أَعْدَآءِ اللهِ , وَفِي اصْطـِلاَحِ أَهْلِ الْحَـقِـيْقَة ِ مُحَــارَبَةُ النَّفـْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَتَحْمِيْلُهَا مَا شَقَّ عَلَيْـهَا ِممَّا هُوَ مَطْلـُوْبٌ شَرْعًا . وَقَالَ بَعْضُـهُمْ : الْمُـجَاهَدَةُ مُخَالَـفَةُ النَّفْسِ , وَقَالَ بَعْضُهُمْ : المـُجَاهَدَةُ مَنْعُ النَّفْس ِ عَنِ الْمَـأْلُوْ فَاتِ

“Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’ (2) dan memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama mengatakan : "Mujahadah  adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan: “Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya”.

Di dalam Wahidiyah yang dimaksud “Mujahadah” adalah ber-sungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran “FAFIRRUU ILALLOOH WAROSUULIHI”, ”

Maqam Mujahadah

Tingkatan (Maqam) yang ke-5 dalam konsep tasawuf adalah Mujahadah yaitu bersungguh-sungguh. Secara istilah mujahadah dapat diartikan sebagai satu bentuk kesungguhan untuk menjalankan perintah Allah dengan memenuhi segala kewajiban dan menjauhi atas larangan-Nya; secara lahir dan bathin dengan wujud nyata berupaya  melawan (menundukkan) hawa nafsu.(Syaih Ahmad Rifa’i)

Dalam sebuah hadisnya, Rasul SAW bersabda:


مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِيْ طَاعَةِ اللهِ

“Seorang Mujahid (orang yang berjihad) ialah dia yang melawan hawa nafsunya karena Allah SWT”(HR. Bukhari). Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengatakan bahwasanya di antara tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah yaitu dia mengutamakan perkara yang di sukai-Nya daripada mengutamakan kehendak nafsu pribadinya. Sejalan dengan ungkapan indah Abdullah Ibnu Mubarak:”Jika cintamu benar, kamu akan menaati-Nya, karena seseorang yang mencintai sesuatu sanggup menaati sesuatu”. Orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu adalah mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir, inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam. Kepercayaan ini menjadikan mereka sebagai golongan yang sanggup untuk menghindari kenikmatan sesaat demi mendapatkan kebahagian jangka panjang yang kekal nan abadi yaitu kebahagian akhirat. Denis Waitley dalam Empires of  The Mind berkata: “Saya berpendapat, salah satu faktor utama yang menyebabkan Amerika bermasalah pada hari ini adalah, karena rakyatnya begitu asyik dan gairah dengan kesenangan jangka pendek dan melupakan jangka panjang”.

Mujahadah (Kesungguhan) dapat kita awali dengan cara memusuhi nafsu diri kita, mengangkat tabuh genderang peperangan terhadapnya. Banyak jalan menuju mujahadah, termasuk salah satu contohnya adalah dengan cara merenungi akibat/effect dari kebaikan (natijah al-hasanat) dan akibat/effect kejahatan (natijah al-sayyiat). Allah SWT berfirman:


إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

“Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berlaku jahat, maka kamu berbuat jahat pada dirimu sendiri.”

Oleh sebagian ulama ayat ini ditafsirkan bahwa: “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya dalam kalbu, kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan pada rezeki, serta kecintaan dari segala makhluk. Adapun kejahatan; sebaliknya, menciptakan kegelapan dalam hati, kesakitan badan, kesuraman wajah, kesempitan rezeki, serta kebencian dari hati segala makhluk.”

Mujahadahnya Imam Al-Ghazali

Sahabat tercintaku, tutuplah kedua mata Anda, dan lihatlah apa yang tampak olehmu. Jika Anda katakan, "Aku tiada melihat sesuatu apapun," Anda keliru, bahkan, sebenarnya Anda melihat. Namun kegelapan wujud itu muncul disebabkan kedekatannya dengan kedua mata, sehingga Anda tidak menemukan apa-apa. Jika Anda suka menemukan dan melihatnya pada arah depan, sementara Anda menutup kedua mata Anda, maka Anda kurangi atau Anda jauhkan sedikit demi sedikit. Itulah upaya mujahadah. Makna mujahadah sendiri adalah mencurahkan keseriusan dalam melawan atau membunuh segala bujukan. Bujukan yang bersumber dari wujud, nafsu dan setan. Pencurahan perjuangan itu juga melalui berbagai metode.

Pertama : Sedikit demi sedikit mengurangi makan. Sebab makan merupakan tangan panjang dari wujud, nafsu dan setan. Apabila makan berkurang, berkurang pula dominasinya.

Kedua : Meninggalkan dan mem-fana-kan ikhtiar, dengan menyerahkan pada ikhtiar syeikh (guru ruhani) yang terjaga, agar syeikh memilihkan apa yang terbaik bagi Anda. Posisi Anda di sini seperti seorang bayi atau bocah yang belum baligh, atau seperti seorang yang bodoh, yang secara keseluruhan memerlukan orangtua, wali, hakim, atau pemimpin yang memimbing mereka.

Ketiga : Mengikuti metode Thariqah Imam Al-Junaid -- semoga Allah menyucikan ruhnya -- yang terdiri delapan syarat: 1) Melanggengkan wudhu', 2) Melanggengkan diam, 4) Melanggengkan khalwat, 5) Melanggengkan dzikir, yakni ucapan Laa Ilaaha Illallaah, 6) Melanggengkan hubungan batin dengan syeikh, disamping menyerap pengetahuan di balik kefanaan salik terhadap upaya syeikh, 7) Meninggalkan segala (bisikan) kekhawatiran, dan 8) Meninggalkan sikap menentang Allah swt. baik dalam kondisi yang membahayakan maupun kondisi yang memberikan manfaat, disamping meninggalkan bertanya-tanya soal surga dan neraka.

Dasar Mujahadah

Allah SWT berfirman :

Artinya : ‘‘ Dan orang – orang yang bersungguh – sungguh untuk mencari keridloan kami, benar – benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan – jalan Kami ” (ankabaut:69)

Syekh Imam Al-Ghozali Berkata :‘‘Mujahadah adalah kunci hidayah tidak ada kunci untuk memperoleh hidayah selain Mujahadah”
Faedah Mujahadah

•  Menjernikan hati dan marifat Billah ( sadar kepada Alloh )

•  Memperoleh hidayah Taufiq Allah SWT, Syafaat Tarbiyah Rosululloh SAW, Barokah Ghoutsu Hadzaz Zaman R.A

•  Mendidik menjadi orang yang sholeh / Sholihah, yang senantisa mendoakan kedua orang tuanya / leluhurnya.

•  Keamanan, ketentraman , kedamaian kesejahteraan, dan keberkahan hidup.