Pelajaran dari Surat An-Naml (Kisah Raja Sulaiman)
Beberapa malam ini saya sedang menyenangi membaca surat An-Naml (yang artinya “semut”) di dalam Al-Quran. Di dalam Al-Quran banyak sekali terdapat kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu yang dapat dijadikan pelajaran. Kisah-kisah tersebut menunjukkan kebesaran Allah SWT. Salah satu surat yang memuat kisah yang mengagumkan adalah surat An-Naml itu. Di dalam Surat An-Naml (surat nomor 27) dikisahkan tentang Nabi Sulaiman (di dalam Alkitab disebut Solomon) dengan segala keperkasaan dan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT. Nabi Sulaiman adalah seorang raja yang besar, kerajaannya terletak di negeri Palestina sekarang. Hingga saat ini kaum Yahudi Israel masih mencari-cari dimana istana (Solomon Temple) itu berada, dan mereka meyakini bahwa istana itu terletak di lahan tempat Masjid Al-Aqsa sekarang. Inilah alasan mengapa kaum Yahudi ingin meruntuhkan Masjid Al-Aqsa dan merekonstruksi situs istana Sulaiman.
Berikut ini saya kisahkan kembali terjemahan ayat-ayat yang saya baca tadi mulai dari ayat 16 hingga ayat 44, berikut dengan narasi sesuai yang saya pahami dari ayat tersebut.
16. Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”.
Raja Sulaiman memiliki kemampuan supranatural yang luar biasa, yaitu memiliki tentara dari golongan jin, manusia, dan burung. Raja Sulaiman juga mampu memahami bahasa binatang.
17. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
Pada suatu hari, Raja Sulaiman sedang berjalan-jalan dengan bala tentaranya itu, hingga sampailah mereka di lembah yang banyak semutnya.
18. Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”;
Mendengar perkataan semut itu, Nabi Sulaiman tersenyum, namun dia tidak menunjukkan kesombongannya karena memiliki kekuatan yang hebat, malah dia bersikap tawadhu (rendah hati).
19. maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni’mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Selepas dari lembah semut, Raja Sulaiman memeriksa satu-per satu tentaranya. Namun, dia tidak melihat kehadiran burung Hud-hud. Burung Hud-hud adalah sejenis burung pelatuk.
20. Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud [1094], apakah dia termasuk yang tidak hadir.
Dia mengancam akan menyembelih burung Hud-hud karena dianggap tidak disiplin (mangkir).
21. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”.
Untunglah burung Hud-hud tidak lama kemudian datang. Ternyata burung ini baru saja mengunjungi sebuah negeri yang ajaib.
22. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.
Saba nama kerajaan di zaman dahulu, ibu kotanya Ma’rib yang letaknya dekat kota San’a ibu kota Yaman sekarang (sumber dari sini). Di Kerjaan Saba itu memerintah seorang ratu yang bernama Balqis.
23. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
Sayangnya, kaum Ratu Bilqis itu menyembah dewa matahari, sangat berbeda dengan Sulaiman yang menyebah Allah SWT.
24. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,
25. agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
26. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar”.
Mendengar cerita burung Hud-hud tersebut, Nabi Sulaiman tidak langsung percaya. Dia perlu cek dan ricek untuk memeriksa kebenaran cerita tadi.
27. Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.
Lalu Raja Sulaiman menulis sebuah surat, kemudian menyuruh burung Hud-hud untuk menjatuhkannya ke istana Ratu Balqis.
28. Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkan kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”
Surat itu sampai ke tangan Ratu Balqis. Dia segera memanggil para menterinya untuk membahas surat tersebut.
29. Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia.
30. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Di dalam surat itu Raja Sulaiman meminta Ratu Balqis untuk tunduk kepada Raja Sulaiman.
31. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.
Ratu Balqis belum menjawab permintaan Sulaiman tersebut, dia berkata kepada para menterinya:
32. Berkata dia (Balqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)”.
Para menterinya belum mau menyerah, mereka menganggap kerajaan mereka juga adalah kerajaan yang kuat, jangan mau tunduk kepada Sulaiman.
33. Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”.
Namun, keputusan tetap berada di tangan Ratu Balqis. Dia khawatir jika kelak Sulaiman berhasil menguasai negerinya, maka penduduknya akan dijadikan tawanan atau budak. Pengalaman negeri-negeri yang dikuasai oleh pasukan asing selalu begitu. Dia khawatir Sulaiman berlaku serupa.
34. Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.
Demi melindungi rakyatnya menjadi budak yang hina, Ratu Balqis mengirim utusan kepada Sulaiman sambil membawa hadiah.
35. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu”.
Nabi Sulaiman tersinggung dengan hadiah yang dibawa oleh utusan Ratu Balqis, sekaan-akan dirinya bisa disuap dengan hadiah itu, padahal harta yang dia peroleh dari Allah jauh lebih banyak dan lebih baik daripada hadiah yang ditawarkan itu.
36. Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.
Raja Sulaiman menolak hadiah tersebut, lalu menyuruh utusan Ratu Balqis itu pulang dengan membawa ancaman.
37. Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina”.
Setelah utusan itu pergi, Raja Sulaiman memberi tantangan kepada para pembantunya untuk membawa singgasana Ratu Balqis ke hadapannya.
38. Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”.
Tantangan itu diterima oleh seorang jin bernama Ifrit. Ifrit sanggup membawa singgasana ratu dalam sekejap sebelum Raja Sulaiman berdiri dari tempat duduknya.
39. Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.
Tapi, ternyata ada yang lebih cepat lagi dari jin Ifrit. Salah seorang pembantu Sulaiman yang mempunyai ilmu dari Alkitab (Zabur dan Taurat) sanggup mendatangkan singgasana ratu sebelum kedipan mata. Luar biasa.
40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”.
Setelah singgasana Ratu Balqis berada di hadapan Sulaiman, Sulaiman bukannya merasa jumawa karena merasa berhasil memperlihatkan kehebatannya nanti di hadapan Ratu Balqis. Dia malah makin merendahkan dirinya di hadapan Allah sebab itu semua adalah karunia yang diberikan oleh Allah kepadanya.
(lanjutan) Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Nabi Sulaiman kemudian meminta agar singgasana Ratu Balqis itu diubah sedemikian rupa untuk menguji apakah ratu itu masih mengenali singgasananya.
41. Dia berkata: “Robahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenal(nya)”.
Ratu Balqis yang menerima pulang utusannya yang datang membawa kembali hadiah yang hendak disampaikan kepada Sulaiman menyadari bahwa Sulaiman bukanlah lawannya. Negerinya pasti akan kalah. Oleh karena itu, dia datang menghadap Raja Sulaiman sebagai bentuk pengakuan.
Di depan istana Raja Sulaiman, kepada Balqis diperlihatkan sebuah singgasana. Raja Sulaiman menyuruh ratu untuk memeriksa apakah itu singgasananya?
42. Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?”
Balqis merasa kaget, kenapa bisa singgasananya ada di istana Sulaiman, siapa yang membawanya, padahal singgasana itu tadi ketika ditinggalkannya masih ada. Namun dia mengakui pasti ini adalah kehebatan Nabi Sulaiman yang sangat sulit ditandinginya. Dia pun menyerah dan menyatakan tunduk kepada Nabi Sulaiman.
(lanjutan) Dia menjawab: “Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri”.
43. Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.
Sulaiman kemudian mengajak Ratu Balqis masuk ke dalam istana.
44. Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”.
Istana Sulaiman sangat megah, lantainya terbuat dari batu pualam seperti kaca. Begitu memasuki istana, Ratu Balqis mengangkat gaunnya karena melihat lantai istana seperti kolam air.
(lanjutan) Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.
Raja Sulaiman berkata bahwa itu bukan kolam, tetapi benar-benar lantai yang sangat licin seprti kaca.
(lanjutan) Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca”.
Ratu Balqis sangat kagum dengan semua apa yang telah dialaminya tadi. Dari sinilah dia mendapat hidayah dari Allah bahwa semua itu adalah Kekuasaan Allah SWT, Tuhan yang harus disembah, bukan dewa matahari yang selama ini diyakininya.
(lanjutan) Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.
Shadaqallahul adzim. Maha benar Allah yang Maha Agung. Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Sulaiman di atas, antara lain:.
1. Nabi Sulaiman meskipun diberi kekuasaan dan kelebihan oleh Allah SWT, dia tidaklah merasa angkuh dan sombong. Malah, semakin mendekatkan dirinya kepada Allah yang memberi semua kehebatan dna kekuasaan itu. Ilmu padi: semakin berisi maka semakin runduk. Banyak pemimpin di zaman sekarang ini jika semakin berkuasa maka semakin korup.
1. Nabi Sulaiman meskipun diberi kekuasaan dan kelebihan oleh Allah SWT, dia tidaklah merasa angkuh dan sombong. Malah, semakin mendekatkan dirinya kepada Allah yang memberi semua kehebatan dna kekuasaan itu. Ilmu padi: semakin berisi maka semakin runduk. Banyak pemimpin di zaman sekarang ini jika semakin berkuasa maka semakin korup.
2. Nabi Sulaiman tidak ingin berbuat zalim meskipun dia merasa hebat. Dia berlaku lemah lembut pada orang kecil. Semut yang hanya seukuran ujung kuku tidak mau dia injak-injak.